Mimpi atau Ilusi??? Strategi di Balik Ambisi 1 Dolar AS Rp 5.000 " Oleh : Acep Sutrisna, analis ekonomi politik Gatra

 

Lintaspasundan news

SINGAPARNA KAHUPATEN TASIKMALAYA.(25/11/2024). Narasi tentang 1 Dolar AS menjadi Rp 5.000 seringkali menjadi pemanis kampanye ekonomi dan sumber optimisme di ruang publik. Namun, apakah ini realistis atau sekadar ilusi yang menjual mimpi? Dalam tinjauan ekonomi yang objektif, ambisi ini memerlukan pembongkaran mendalam terhadap fundamental ekonomi Indonesia.


Apakah Secara Ekonomi Mungkin?

Secara teori, nilai tukar mata uang sangat dipengaruhi oleh fundamental ekonomi, seperti inflasi, neraca perdagangan, cadangan devisa, suku bunga, dan stabilitas politik. Untuk membuat kurs 1 Dolar AS menjadi Rp 5.000, Indonesia harus memenuhi beberapa prasyarat besar:


Neraca Perdagangan Surplus Berkelanjutan.

Indonesia harus menjadi eksportir dominan dengan surplus besar yang mampu menopang permintaan rupiah di pasar internasional. Namun, data menunjukkan Indonesia kerap mengalami defisit dalam perdagangan minyak dan gas serta mengandalkan ekspor komoditas mentah yang fluktuatif. Tanpa peningkatan signifikan pada ekspor bernilai tambah tinggi, kurs Rp 5.000 tampaknya sulit dicapai.


Inflasi yang Sangat Rendah.

Kurs Rp 5.000 hanya mungkin jika inflasi dalam negeri dijaga di bawah 2% secara konsisten, serupa dengan negara-negara maju. Sayangnya, inflasi Indonesia cenderung fluktuatif akibat ketergantungan pada impor bahan pangan dan energi. Mengendalikan inflasi pada tingkat ini memerlukan reformasi struktural yang masif, terutama dalam sektor pangan dan energi.


Kepercayaan Investor Asing

Penguatan mata uang membutuhkan arus modal masuk yang stabil dan besar. Namun, ketidakpastian hukum, korupsi, dan birokrasi masih menjadi tantangan utama bagi iklim investasi Indonesia. Tanpa pembenahan fundamental ini, menarik investasi asing untuk memperkuat rupiah akan tetap menjadi pekerjaan rumah besar.


Cadangan Devisa yang Melimpah.

Cadangan devisa Indonesia saat ini berkisar di angka ratusan miliar dolar AS. Meskipun cukup untuk menopang stabilitas nilai tukar saat ini, jumlah tersebut belum cukup besar untuk mempertahankan kurs Rp 5.000 per dolar AS. Bandingkan dengan cadangan devisa negara seperti Tiongkok atau Jepang yang mencapai triliunan dolar.


Konsekuensi Jika Dipaksakan.

Andai pemerintah memaksakan penguatan nilai tukar rupiah hingga Rp 5.000 per dolar AS tanpa dukungan fundamental ekonomi, konsekuensinya bisa sangat berbahaya.


Kolapsnya Ekspor.

Nilai tukar rupiah yang terlalu kuat akan membuat harga barang ekspor Indonesia menjadi mahal di pasar internasional. Akibatnya, daya saing ekspor menurun drastis, berdampak negatif pada sektor manufaktur dan lapangan kerja.


Ketergantungan pada Impor.

Kurs kuat memang membuat impor lebih murah, tetapi ini bisa mendorong ketergantungan pada produk luar negeri, melemahkan industri dalam negeri yang belum kompetitif.


Manipulasi Pasar Valuta Asing.

Jika penguatan rupiah dilakukan melalui intervensi besar-besaran oleh Bank Indonesia tanpa didukung fundamental yang kuat, cadangan devisa bisa terkuras habis, memicu krisis kepercayaan terhadap ekonomi Indonesia.

Bacajuga

https://www.lintaspasundan.com/2024/11/polres-tasikmalaya-kerahkan-ratusan.html

Mimpi yang Harus Dibarengi Realita.

Mencapai kurs Rp 5.000 per dolar AS memang mungkin, tetapi membutuhkan transformasi ekonomi besar-besaran. Reformasi harus dimulai dari:


Diversifikasi Ekonomi: Beralih dari ketergantungan pada komoditas mentah menuju industri bernilai tambah tinggi.

Efisiensi Energi: Mengurangi impor bahan bakar dengan memperkuat energi terbarukan.

Reformasi Birokrasi dan Hukum: Menciptakan iklim investasi yang menarik dan stabil.

Pengendalian Inflasi: Meningkatkan produktivitas pangan untuk mengurangi tekanan inflasi dari impor.


Tanpa langkah-langkah konkret tersebut, wacana 1 Dolar AS menjadi Rp 5.000 akan tetap menjadi mimpi yang membius banyak orang, tetapi tidak akan pernah menjadi kenyataan.


Kesimpulan :

Alih-alih menjual ilusi, pemerintah perlu lebih jujur dan realistis dalam menyusun kebijakan ekonomi. Memperkuat fundamental ekonomi jauh lebih penting daripada sekadar mengejar kurs rupiah yang menggiurkan tetapi rentan. Sebab, dalam ekonomi, mimpi tanpa landasan adalah resep menuju bencana



IWAN SINGADINATA.

#THEWORLD,#INDONESIA,#PUBLIK,# PROVINSI,#JAWABARAT,#KABUPATEN,#KOTA,#TASIKMALAYA,#KECAMATAN,#DESA,#KELURAHAN

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.